Sabtu, 20 Desember 2014

5 Situs Sejarah di Pulau Jawa




Candi Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia Candi yang merupakan salah satu candi terindah di Asia Tenggara ini terletak di Desa Karangasem, Kecamatan Bokoharjo, 16 Km dari Kota Yogyakarta, tepat di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.  Candi yang dibangun pada abad ke-9 masehi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu, yang terdiri dari Brahma (dewa pencipta), Wisnu (dewa pemelihara), dan Siwa (dewa pemusnah). Berdasarkan Prasasti Siwagrha, nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sansekerta, yang berarti 'Rumah Siwa'). Pada bagian ruang utama candi ini terdapat arca Siwa setinggi tiga meter. Ini menujukkan bahwa dewa Siwa lebih diutamakan di candi ini. Candi ini termasuk dalam salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Bangunan candi berbentuk tinggi dan ramping khas arsitektur bangunan Hindu
copyright: liburanjogja.co.id
pada umumnya. Terdapat Candi Siwa sebagai candi utama disini. Tingginya 47 meter di tengah kompleks candi-candi yang lebih kecil. Candi ini selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara karena kemegahannya.



Goa Jepang Kaliurang
             Berlokasi di sisi barat bukit Plawangan, Kaliurang, goa ini merupakan goa peninggalan penjajahan Jepang yang dibangun sejak tahun 1942-1945. Karena dibangun atas perintah dari pemimpin Jepang pada masa itu, goa ini dinamakan Goa Jepang. Goa ini memiliki kedalaman sekitar 50 meter. Sayangnya, goa ini sekarang sudah tidak terawat. Banyaknya coretan di dinding goa dan aroma yang agak pesing agak mengganggu kegiatan wisata. Sebenarnya jika dirawat dan dikelola dengan baik, goa ini dapat dijadikan sebagai destinasi wisata yang lebih baik, selain karena goa ini merupakan salah satu peninggalan sejarah yang mesti dilestarikan.

copyright:foblog.psikomedia.com
            Untuk mencapai goa Jepang, pengunjung harus melewati jalan dengan medan yang cukup menantang. Di dalam goa jepang ini tidak ada  stalaktit atau stalagmit seperti goa-goa lainnya. Uniknya, di dalam goa tersebut terdapat sebuah persegi seperti bak mandi. Menurut penduduk setempat, persegi tersebut sering digunakan oleh para tentara Jepang untuk mandi. 


Benteng Vredeburg

             Benteng Vredeburg didirikan pada tahun 1760 oleh Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda. Awalnya benteng ini hanyalah berupa benteng sederhana yang berbentuk bujur sangkar. Disetiap sudutya memiliki bastion yang mempunnyai nama berbeda-beda seperti Jayaprayitna (bastion sudut tenggara), Jayaprakosaning (bastion sudut barat daya), Jayawisesa (bastion sudut barat laut), dan terakhir Jayapurusa (bastion sudut timur laut). Selang 2 tahun kemudian melalui W.H Ossennberch, Belanda mengusulkan untuk memperkokoh bangunan. Namun baru tahun 1967 pembangunan benteng dimulai. Butuh waktu 20 tahun untuk menyelesaikan pembangunan benteng, dan kemudian diberi nama Benteng Rustenburg yang berarti Benteng Peristirahatan.

copyright: djangkarubumi.com



            Pada tahun 1867 gempa bumi hebat mengguncang Yogyakarta dan merubuhkan beberapa bangunan termasuk Benteng Rustenburg. Setelah bencana berlalu, benteng tersebut kembali dibenahi dan diberi nama Benteng Vredeburg atau Benteng Perdamaian. Nama ini dipilih sebagai bentuk perdamaian antara kolonial Belanda dan Kesultanan Yogyakarta. Tahun demi tahun berganti, kepemilikan dari Benteng Vredeburg pun silih berganti. Mulai dari VOC, pemerintah Belanda, Inggris, Jepang dan baru setelah Indonesia merdeka Benteng Vredeburg sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia. 



            Sejak tahun 1992 Benteng Vredeburg dialihfungsikan menjadi monumen perjuangan nasional yang diberi nama Museum Benteng Vredeburg. Saat ini pada bulan tertentu di tempat ini diselenggarakan Festival Kesenian Yogyakarta atau yang dikenal dengan FKY.


  Gedung Sate
        Apa yang kamu pikirkan ketika pertama kali mendengar Gedung Sate? Gedung yang didalamnya dipenuhi oleh sate ? Atau sebuah gedung yang menjual berbagai jenis sate? Tentu bukan, karena Gedung Sate adalah sebuah bangunan tua peninggalan kolonial Belanda yang berada di kota Bandung. Lebih dikenal dengan nama Gedung Sate dikarenakan di puncak gedung terdapat tusuk sate dengan enam buah ornamen berbentuk jambu air. Awal mulanya, Gedung Sate bernama Gouvernements Bedrijven (GB). Pada masa itu, gedung sate digunakan sebagai Kantor Pemerintahan Hindia-Belanda. Setelah itu pada tahun 1980 digunakan sebagai Kantor Pusat Pemerintahan Jawa Barat. 
copyright: id.wikipedia.org


            Gedung sate berlokasi di Jalan Diponegoro No.22, Cihaurgeulis, Kecamatan Coblong. Di sekitaran gedung sate terdapat bangunan-bangunan tua lainnya seperti Museum Geologi, Gedung Nirwana, dan Museum Pos Indonesia.
Arsiteknya adalah seorang warga negara Belanda bernama J. Gerber Pembangunan dimulai pada tanggal 27 Juli 1920 dan diselesaikan kurang lebih 4 tahun setelah itu. Dalam pembangunannya, dipekerjakan sekitar 2000 pekerja. Arsitektur bangunan ini lebih mengarah ke arsitektur Eropa. Material bongkahan-bongkahan batu yang menyusun setiap sisi Gedung Sate membuatnya berdiri kokoh di tengah bangunan-bangunan modern yang memenuhi kota Bandung.
            Kini Gedung Sate menjadi landmark kota Bandung sehingga membuatnya menjadi salah satu tujuan wisata utama para wisatawan yang berkunjung ke kota Bandung. Bangunan ini merupakan aset yang memiliki nilai sejarah sangat tinggi. Tidak heran bila gedung yang terletak di Kota Bandung ini menjadi simbol Jawa Barat. Tusuk sate yang tertancap di puncak gedung semakin memperkuat ciri khas gedung yang kini menjadi pusat Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dengan bentuk bangunan persegi panjang, membentang dari Selatan ke Utara, Gedung Sate bersumbu lurus ke tengah-tengah Gunung Tangkuban Perahu.
            Mengenai enam ornamen jambu air yang ada di Gedung Sate, konon melambangkan modal awal pembangunan pusat pemerintahan sebesar 6 juta Gulden. Dengan modal awal itu, dapat terselesaikan bangunan utama Gedung Sate, Kantor Pusat Pos Telegraf dan Telepon (PTT), Laboratorium dan, Museum Geologi serta Dinar Tenaga Air dan Listrik. Namun akibat resesi ekonomi dunia pada tahun 1930 yang juga melanda pemerintah Belanda di Indonesia, bangunan pusat pemerintahan tersebut tidak dapat terselesaikan seluruhnya.
            Meski demikian, berdirinya Gedung Sate yang anggun, megah dan monumental, sudah menjadi suatu fenomena tersendiri dari cerita sejarah Jawa Barat. Kini, setelah 88 tahun lamanya, Gedung Sate masih kokoh berdiri dan menjadi saksi perjalanan Pemerintah Jawa Barat menuju terciptanya masyarakat yang Gemah Ripah Repeh Rapih Kerta Raharja.



Candi Barong
                Candi Hindu yang pada relung tubuhnya terdapat hiasan Kala yang menyerupai barong ini terletak di Dusun Candisari, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan. Candi ini diperkiraan menjadi tempat pemujaan Dewa Wisnu karena ditemukan arca Dewi Sri (dewi kesuburan, istri Dewa Wisnu) dan Dewi Laksmi (pengiring Dewa Wisnu). Selain itu, terdapat hiasan kerang bersayap (Sankha) yang merupakan salah satu simbol Dewa Wisnu. Bagian puncak bangunan berbentuk menyerupai permata Kemungkinan bangunan candi ini dulunya difungsikan untuk melaksanakan kegiatan pemujaan untuk memohon kesuburan kepada Dewi Sri. 
copyright: yogyatrip.com






               Halaman komplek candi ini berupa tiga buah teras yang semakin tinggi ke arah timur yang merupakan bagian belakang. Pada teras tertinggi terdapat sebuah selasar dan dua buah candi yang tidak memiliki jendela dan pintu. Candi pertama berukuran 8,20 m x 8,20 m dengan tinggi 9,25 m, sedang candi kedua berukuran 8,25 m x 8,25 m dengan tinggi 9,25 m. Pada masing-masing sisi bangunan candi terdapat relung dengan hiasan kala dan makara. Teras tertinggi ini merupakan halaman yang paling suci. Perbedaan antara keduanya terletak pada ragam hias dan arcanya. Berdasarkan kedua hal tersebut, candi pertama diduga dibangun untuk pemujaan dewa Wisnu, sedangkan candi kedua untuk Dewi Sri.



                                                                                             Dikutip dari berbagai sumber